Saturday, December 18, 2010

Teman Bukan Sahabat or Sahabat bukan Teman???


teman baik atau sahabat, apapun sebutannya, berarti dia adalah teman yang lebih dari sekedar teman (kata kebanyakan orang). Sedikit berbeda antara teman (biasa) dan teman baik. Teman (biasa) hanya berada disaat kita senang, menilai secara keseluruhan dari materi, fisik, ataupun sesuatu yang berbentuk, memberi semangat alakadarnya, jadi intinya teman (biasa) itu hanya sepintas saja dan berlaku untuk satu keadaan tertentu. Membutuhkan kita jika dia sedang butuh, memperlakukan kita dengan baik disaat sedang ada maunya, dan berbicara baik tentang kita kepada teman lainnya juga untuk suatu keadaan tertentu. Kesimpulannya teman itu hanya sebatas mulut saja tidak lebih.

Sedangkan sahabat, sahabat lebih dari itu, sahabat mengerti kita luar dalam, menerima kita apapun keadaannya, mampu menerima kekurangan dan kelebihan , menasehati kita dikala kita tak butuh nasehat, mengangkatkan kita jika kita jatuh, semuanya demi kebaikan kita. Nah, kalo menjatuhkan kita disaat kita jatuh, namanya apa ya??? (ehm...)

Karena itu gelar ato julukan sahabat itu sangatlah istimewa, terlalu sakral. Karena julukan sahabat itu kita berikan hanya kepada teman2 tertentu saja. Bukan bermaksud memposisikan mereka kedalam “kasta/tingkatan” tapi hanya membedakan mereka antara teman dan sahabat.

Mengenal sahabat itu susah, sama susahnya mencari sahabat, maka dari itu kita harus bersahabat dengan diri kita terlebih dahulu baru bersahabat dengan orang lain. Sahabat pun harus diawali dengan rasa sayang dan saling bisa menerima. “Sayang” yang masih dalam kategori tertentu. “Sayang” yang belum terkontaminasi dengan cinta. Rasa Sayang murni hanya bisa diperoleh dari seorang sahabat sejati.
Kata bunda : sahabat itu ibarat cermin.. dia mengerti dan mempunyai keinginan yang sama.

Kenyataanya,
Pertama : terkadang kita menganggap si A adalah sahabat, karena kita merasa, dia selalu ada disaat kita butuh, selalu ada disaat kita terluka, selalu ada disaat kita susah dan senang, selalu mau berbagi kebahagian dengan kita. Padahal belum tentu si A sebaliknya, mungkin saja dia bersikap seperti karena ada suatu keinginan tertentu.

Kedua : terkadang kita bersikap kita adalah sahabat si A. Kita rela susah payah demi si A. Banyak berkorban dan berlaku layaknya seorang sahabat sejati. Tetapi apakah si A menganggap kita sebaliknya?? Yang jelas kita harus iklas melakukan semuanya tanpa berharap perlakuan yang sama terhadap kita. Iklas tolok ukur yang sempurna. Tidak semudah menuliskan kata itu. Karena jujur, terkadang saya pun masih berharap adanya reward bukan dalam bentuk materi, tapi dihargai dan diperlakukan selayaknya sahabat.

Ketiga : Terkadang teman yang bukan kita anggap sahabat, si B, justru lebih berkata jujur dan terbuka kepada kita. Dan kadang pula itu sangat menyakitkan. Justru kita anggap si B tidak mengerti kita, menyakiti perasaan kita. Dan hingga sampai suatu saat, kita memutuskan untuk tidak berteman lagi dengan si B, karena kita selalu menganggap hal2 yang dalam bentuk kejujuran tadi terlalu menyakitkan untuk kita. Padahal kan untuk berkata jujur membutuhkan keberanian yang besar. Karena resiko yang dihadapi pun pasti lebih besar dari sebuah kejujuran yang diungkapkan tadi.

Sampai saat ini, saya sudah memberikan gelar sahabat hanya kepada beberapa teman saja, dan saya iklaskan itu. Terserah mau dianggap sebaliknya atau hanya teman biasa.

No comments:

Post a Comment